Bab 1

Pegunungan Wudang1 terletak di wilayah barat laut propinsi Hubei. Nama propinsi itu sendiri bermakna ‘Sebelah Utara Danau’, di mana danau yang dimaksud adalah Danau Dongting. Pegunungan ini terbentang dari timur ke barat di sepanjang tepian selatan Sungai Han.

Wudang Shan adalah pusat dari komunitas penganut ajaran Taoisme, dan dianggap sebagai salah satu dari empat pegunungan keramat bagi para penganut ajaran Tao. Dari waktu ke waktu ajaran ini dipandang sebagai kompetitor dari ajaran agama Buddha yang dibawa masuk oleh para biksu dari India.

Dalam dunia persilatan, agama Buddha hampir selalu dikaitkan dengan Biara Shaolin, sedangkan ajaran Tao biasanya dikaitkan dengan Perguruan Wudang yang didirikan oleh Zhang Sanfeng. Tetapi tidak banyak orang yang tahu bahwa Zhang Sanfeng sendiri sebenarnya dibesarkan di dalam Biara Shaolin, di bawah asuhan Biksu Jueyuan yang bertanggung jawab untuk menjaga perpustakaan. Saat itu Zhang Sanfeng dikenal sebagai Zhang Junbao, dan ia bukan seorang biksu.

Ketika Biksu Jueyuan dari Shaolin masih hidup, Zhang Sanfeng sempat dua kali bertemu muka dengan putri kedua dari pasangan pendekar Guo Jing dan Huang Rong, yaitu Guo Xiang. Yang pertama adalah ketika ia masih berusia sekitar 13 tahun, dan bersama dengan gurunya, Biksu Jueyuan, sedang mengejar Yin Kexi dan Xiaoxiang Zi yang mereka anggap telah mencuri kitab pusaka dari perpustakaan Shaolin.

Saat itu Guo Xiang yang baru berusia menjelang 17 tahun sedang bersama-sama dengan Yang Guo dan Xiao Longnu di Hua Shan, salah satu dari lima pegunungan terbesar dan sekaligus juga yang dipandang sebagai tempat keramat selain Gunung Shaoshi dan Wudang. Mereka sedang menghadiri pertemuan pendekar besar yang juga dihadiri oleh Huang Yaoshi, Yideng Dashi, Zhou Botong, Guo Jing dan Huang Rong bersama keluarga mereka lainnya.

Pada saat itu dua orang pendekar besar lainnya — Ouyang Feng dan Hong Qigong — telah lama meninggal. Mereka berdua juga meninggal di puncak Hua Shan, dan dimakamkan oleh Yang Guo.

Di puncak itu ada sebuah kuil kecil yang di sebelahnya ada sebuah patung kuda, nama kuil itu adalah Kuil Nona Giok. Di dalam kuil itu ada sebuah batu besar yang bagian tengahnya berlubang, di dalam lubang itu selalu ada air jernih. Yang Guo sebelumnya pernah naik ke puncak itu, dan Hong Qigong pernah menceritakan kepadanya banyak hal menarik tentang Hua Shan.

Di dalam kuil itu terdapat sebuah patung dari seorang wanita yang sangat cantik. Bagi Yang Guo dan Xiao Longnu, wajah patung itu sangat mirip dengan pendiri perguruan mereka, Lin Chaoying, yang lukisannya terpampang di dalam makam kuno, tempat tinggal Xiao Longnu.

Di situlah Guo Xiang2, Yang Guo dan Xiao Longnu memergoki Yin Kexi dan Xiaoxiang Zi sedang bersembunyi dari kejaran Biksu Jueyuan dan Zhang Junbao. Mereka membocorkan persembunyian kedua orang itu, dan akhirnya Zhang Junbao terlibat perkelahian dengan Yin Kexi dan Xiaoxiang Zi.

Cerita tentang Guo Xiang dan Zhang Junbao adalah masa transisi dari akhir era Dinasti Song Selatan hingga awal Dinasti Yuan. Pada saat itu Kubilai Khan sedang terbelit oleh masalah internal yang timbul akibat adik kandungnya menguasai Karakorum di Mongolia, dan terus-menerus menentangnya. Hal ini membuat situasi di Xiang Yang yang dikawal ketat oleh para pendekar dunia persilatan pimpinan Guo Jing menjadi relatif aman.

Setelah akhirnya mereka menggeledah Yin Kexi dan Xiaoxiang Zi, ternyata kitab yang dicari-cari itu tidak diketemukan. Meskipun hasil itu sangat tidak memuaskan, tetapi Jueyuan membebaskan kedua orang itu. Mereka pergi tanpa diganggu ditemani oleh seekor kera besar.

Guo Xiang di Shaolin, 1262

Sekitar tiga tahun kemudian, Guo Xiang yang selalu dirundung kesedihan setelah ditinggalkan oleh Yang Guo dan Xiao Longnu, mengunjungi Shaolin, dengan hanya ditemani seekor keledai tunggangannya dan pedang pendeknya.

Sebagai seorang gadis remaja, ia sudah dijuluki Si Sesat Kecil dari Timur2. Julukan itu awalnya diberikan oleh keluarganya sendiri. Guo Xiang mewarisi kecantikan dan kecerdasan Huang Rong, tetapi sekaligus sifat keras kepala Guo Jing dan tabiat kakeknya dari pihak ibu, Huang Yaoshi, yang sudah terkenal ‘Sesat’.

Selama tiga tahun ini Guo Xiang mencari kabar tentang Yang Guo dan Xiao Longnu, tetapi ia tidak mendengar berita apa pun juga. Tinggal di Xiang Yang hanya menambah kesedihannya, dan ia tidak bisa menceritakan isi hatinya kepada siapa pun, termasuk ibunya senddiri.

Menjelang ulang tahunnya yang keenam belas, Guo Xiang mendengar cerita rakyat yang beredar di Xiang Yang dan sekitarnya mengenai Pendekar Rajawali3. Sejak itu ia terobsesi ingin bertemu langsung dengan pahlawan hebat ini. Setelah akhirnya ia bertemu langsung dengan Pendekar Rajawali yang terkenal itu, ia langsung terlibat petualangan yang berbahaya dan mendebarkan bersama-sama dengannya. Ketika itu Yang Guo memakai sebuah topeng untuk menutupi wajahnya yang tampan, karena ia tidak ingin menarik perhatian orang, yang bisa menimbulkan berbagai masalah baru baginya.

Yang Guo sedang dalam penantian. Istrinya, Xiao Longnu, dibawa pergi ke Laut Selatan oleh seorang pendekar wanita yang tak dikenalnya, dengan perjanjian akan bertemu kembali setelah enam belas tahun.

Ketika akhirnya Guo Xiang melihat wajah Yang Guo yang sesungguhnya, ia langsung jatuh hati. Tetapi cintanya yang tumbuh di usia sangat muda itu belum disadarinya sendiri. Selain karena wajah Yang Guo yang tampan, Guo Xiang mengagumi kesetiaan Yang Guo memegang teguh janji istrinya untuk bertemu setelah enam belas tahun.

Karena usianya yang sangat muda, Guo Xiang tidak memahami apa yang sedang terjadi dengan dirinya sendiri. Ia dengan setulus hati berharap agar Yang Guo bisa segera bertemu dengan istrinya tercinta pada hari yang dijanjikan itu. Ia kemudian mendengar cerita ibunya tentang ‘Kakak Yang’ ini. Huang Rong menyimpan kekuatiran tentang Yang Guo begitu masa perjanjian enam belas tahun itu semakin mendekat, karena sebenarnya cerita tentang pendekar wanita dari Laut Selatan itu hanya karangannya sendiri. Ia mengarang cerita itu untuk mencegah Yang Guo bunuh diri, karena menurut dugaannya Xiao Longnu dengan sengaja meninggalkan perjanjian itu untuk membuat Yang Guo mau minum obat penawar racun yang memang diperlukan untuk menyelamatkan jiwanya. Xiao Longnu sendiri juga keracunan, dan tidak ada penawarnya.

Begitu Guo Xiang mendengar cerita itu, ia segera meninggalkan Xiang Yang untuk mencari Yang Guo, dengan tujuan untuk mencegah Yang Guo bunuh diri kalau pada hari yang dijanjikan ia tidak bertemu dengan istrinya.

Tapi ketika Guo Xiang tiba di situ ternyata Yang Guo sudah melompat ke jurang yang dalam. saat itu ia sendiri juga ikut melompat mengikutinya. Jinlun Fawang yang berusaha mencegahnya terlambat. Saat itu Jinlun Fawang ingin mengangkat Guo Xiang menjadi muridnya, tetapi Guo Xiang tidak mau.

Tetapi mereka ternyata tidak mati, bahkan menemukan istri Yang Guo, Xiao Longnu, di tempat itu.

Sekarang ini Yang Guo dan Xiao Longnu menghilang, dan ia tidak tahu ke mana mereka pergi. Ia datang ke Shaolin hanya berharap untuk mendengar sesuatu tentang Yang Guo demi mengobati kerinduannya.

Lanjutkan dari Bab 1 Yitian Tuling Ji

Footnotes

  1. Pegunungan Wudang, atau dalam bahasa mandarin Wu Dang Shan (武當山), adalah lokasi sebuah Perguruan yang beraliran Tao dengan nama yang sama — Wudang — didirikan oleh seorang Pendeta Tao yang bernama Zhang Sanfeng.

  2. Sesat Kecil dari Timur, atau Xiao Dong Xie (小東邪), adalah julukan Guo Xiang (郭襄), putri kedua dari Guo Jing dan Huang Rong. Sebenarnya ia dilahirkan di kota Xiang Yang, yang menjadi benteng pertahanan Dinasti Song Selatan, dan yang dimaksud ‘Timur’ itu adalah Pulau Bunga Persik milik kakeknya dari pihak ibu, karena itu istilah ini agak kurang tepat. Tetapi mengingat kakeknya berjuluk Dong Xie (東邪), maka semuanya menjadi masuk akal. Nama Xiang tersebut diambil dari nama kota Xiang Yang, kota kelahirannya. 2

  3. Pendekar Rajawali, atau Shen Diao Xia (神雕侠) adalah julukan Yang Guo.